Sudah lama tidak mengatamkan satu judul drama korea, saya jadi kangen ngerivew drama korea. Kemarin saya baru saja katam nonton 100 Days My Prince, by the way. Satu-satunya drama korea tahun 2018 yang tamat saya tonton. Tapi saya gak akan ngerivew drama tersebut kali ini, karena sesuai judulnya, saya ingin merivew drama korea yang ku suka tapi tak sanggup ku review. haha *ku emang resek orangnya*
Ada beberapa drama korea yang sangat saya suka dan sangat ingin kutulis reviewnya tapi tidak sanggup kutulis karena beberapa alasan. Yuk mari adik-adik disimak cerita kakak berikut ini.
It’s Okay That’s Love
Drama pertama yang dulu sangat ingin kutulis reviewnya tapi sangat tidak sanggup kutulis adalah IOTL alias saranghiya gwaencanha. Boso jowone, gak popo iki mek cinta. Saya suka dengan cast-nya. Saya suka chemistry antar pemainnya. Saya suka dengan Gong hyo jin. Saya suka dengan soundtrack2nya. Saya suka dengan fashion style gong hyo jin disitu. Saya suka dengan suasana musim panas dalam drama tersebut. Saya suka degan kesan kekeluargaan yang terpancarkan ((??) maaf saya tidak bisa menemukan kata lain.wkk) dari drama tersebut. Saya suka dengan tema ceritanya yang tidak biasa. Bertemakan psikologi dan kebetulan saya orang psikologi. Banyak pesan psikologis yang menurut saya sangat bagus orang awan ketahui. Dan saya (dulu) ingin sekali mencoba membagikan pesan tersebut. Saya suka dengan kerumitan cerita dan konflik yang dialami karakter utamanya. Karena saya punya teman yang mengalami OCD (obsessive compulsive disorder) seperti Jang Jae yeol. Dan saya juga punya teman seperti Ji hae Soo yang anti atau insecure dengan cinta, romansa dan interaksi fisik antara lawan jenis. Ya, karakter-karakter dalam tersebut sangat dekat dengan orang-orang disekitar saya. Saya suka dengan karakter-karakter dalam drama tersebut. Dimana beberapa “orang gila” berkumpul jadi satu, berteman dengan indah dan harmonis. Mengingatkan saya pada teman-teman kuliah saya, dan teman-teman kost saya. Apalagi pada saat itu pula saya barusan lulus kuliah dan lagi kangen-kangennya sama teman-teman saya. *mrenges dan nangis secara bersaaan*
Dan saya sangat ingin menuliskan kerumitan cerita drama tersebut dengan kerumitan perasaan saya dalam satu review yang indah dan enak dibaca. Karena menulis sesuatu yang rumit menjadi mudah dipahami itu sulit, dan saya rasa waktu itu tidak akan mampu mengungkapkan semua perasaan dan pikiran saya. Meskipun hanya separuhnya. Jadi, jika separuh saja tidak dapat diungkapkan, lebih baik tidak menulis apa-apa. aweeenaakk… *banyak alesan lu*
I Remember You
Ada yang ingat dengan drama ini? Judul lainnya Hello Monster. Aktor utamanya Seo In Guk, Jang Nara dan Park Bo Gum. Bercerita tentang psikopat. Park Bo Gum yang menurut saya keren saat jadi psikopat daripada saat jadi Taek di Reply 1988. hehehe. Sama-sama bernuansa psikologi, bedanya kalo drama ini bergenre thriller mystery minim drama dan romansa. hahahaha. Tema utama drama ini menurut saya adalah memahami empati dari sudut pandang seorang psikopat. Lah psikopat koq punya empati?? Bijimana sih?!! Nah itu, itu yang dulu pengen saya bahas dalam sebuah review. Lah terus kenapa gak ditulis aja reviewnya?? Karena konsepnya baru terpikirkan beberapa tahun setalah drama itu tayang dan setelah saya selesai nontonya! Kasep beb… Kasep!! Kelamaan…. wakakaka.
By the way yah, si DO (kyungsoo) keren banget ih di drama hello monster ini, waktu jadi psikopat muda. Bener-bener menjiwai banget. Psikopat banget lah. Serem. Eeehh… lah koq pas jadi putra mahkota di 100 days my prince jadi soh sweet bikin baper gitu yah??!! Jeng OOT jeng,,, pindah lapak sono kalo mau bahas yang ituh tuhh.
Oke. Lanjut
Because This Is My First Life
Saya berniat banget nulis review drama ini. Bahkan sudah menulis beberapa kata mukadimah, kira-kira begini:
Menikah itu sulit, dengan atau tanpa cinta. Itu yang tersampaikan cukup lugas dalam drama ini. Pemahaman tersebut juga yang saya yakini beberapa tahun belakangan. Jadi, bisa dibayangkan betapa saya mencintai drama ini, bukan? hehe. Dalam teori psikologi yang pernah saya dengar- ya, saya mendengarkan cerita dari seorang teman yang pernah membaca sebuah buku, jadi harap dimaafken jika saya tidak mencantumkan sumber referensi yang jelas. Dari teori psikologi yang pernah saya dengar, pernikahan adalah penyesuaian diri seumur hidup terhadap pasangan. Teori lain mengatakan, pernikahan adalah pengharapan terisinya tangki kebutuhan yang kosong bisa diisi oleh pasangan hidup. Dalam artian yang lebih mudah, kita berharap banyak hal terhadap pasangan kita. Kita berharap, dia akan membahagiakan kita, kita berharap dia akan membantu kita menyelesaikan masalah, kita berharap hidup kita akan lebih mudah (setelah menikah dengannya), dan masih banyak lagi harapan-harapan lainnya. Namun nyatanya, menyesuaikan diri tidak selalu mudah, terutamanya harus dilakukan seumur hidup terhadap satu orang yang sama. Melelahkan! Apalagi orang tersebut adalah orang yang kita harapkan bisa membantu menyelesaikan masalah, bukannya menambah masalah. Ini masih permasalah terhadap satu orang (pasangan kita), belum yang lainnya. Pernikahan bukanlah persatuan antara dua individu, tetapi dua keluarga dengan latar belakang yang berbeda, begitu kata dari para orangtua. Jadi bisa dibilang, menikah itu sama saja dengan memasuki pintu penuh masalah dan cobaan. Herannya kenapa masih banyak perempuan (khususnya) yang meyakini mereka akan hidup hapily ever after setelah menikah dan menganggap menikah adalah solusi atas segala permasalahan hidup.
Kemudian mandeg. Blank. Bingung ngelanjutinnya. Hahahahaha. Lah gimana, saya bingung apa yang mau saya tulis selanjutnya. Tentang konsep dan fenomena pernikahan kah? Tentang karakter-karakternya yang realistis ada didunia nyata kah? Tentang segala sesuatu tentang “this is my first thing” kah? Karena semuanya bagus untuk dibahas gitu loh. Terutama tentang konsep pernikahan yang ingin disampaikan dalam drama tersebut. Drama ini menggambarkan seluk beluk pernikahan dengan cerita dan karakter-karakter yang menarik. Saya bingung milih salah satu. Kepengennya kutulis semua, tapi ternyata ku tak mampu. Hahahahaha. Ya begini ini orang maruk tapi gak sadar kemampuan. Jangan ditiru ya adik-adik…?!
Temperature of Love
Sebelum drama ini tayang saya sudah bertekad nanti akan menulis reviewnya. Karena pemeran utamanya favorit saya semua. Seo Hyun Jin, saya sudah mulai ngefans sama mbak ini sejak di Let’s Eat 2. Apalagi setelah nonton Oh Hae Young Again. Aktingnya bagus bats tak perah mengecewakan. Terutama akting kissingnya. TOP! Yang Se Jong, baru saya bahas kemarin. Sebenarnya Duel bukan drama pertama dia yang saya tonton. Sebelumnya, di Romantic Doctor Kim dan di Saimdang saya juga nonton. Tapi klepek-klepeknya baru di Duel, khususon waktu memerankan karakter Lee Sung Hoon. Mantul dah! Ganteng, cool, psikopat, tapi matanya memendam kesediahan yang dalam. Duh, rasanya pengen kupeluk dan kueleus-elus aja. Babang Jae Wook tersayang, Doi lebih sering main film daripada main drama. Tapi pas kambek main drama malah jadi psikopat di the Voice. Psikopat di Hello Monster masih ada sisi lain yang bisa dipetik pelajarannya. Psikolat di Duel, karena dia kurang kasih sayang. Lah di the voice, edaaann, beneran psikopat yang dingin, kejam dan gila. Saya masih ingat betul waktu adegan dia habis bunuh orang, dengan wajah dan tangganya berlumuran darah, terus mau ditangkep polisi, eh dia malah senyum. Senyum yang ganteng, menawan dan menakutkan. Njiiirrr, aing langsung klepek-klepek dan merinding takut secara bersamaan. Takut dan jatuh cinta secara bersamaan. Fak! wakakakaka. Kenapa karakter yang kusuka psikopat semuanya?!! Astagfirullaahh…! Pak ustadz ruqyah aku pak ustadz….!
Lalu kenapa saya gak sanggup nulis reviewnya?
Karena belum tamat nonton. wakakakakaka. Lebih tepatnya, saya sengaja tidak meneruskan melihat drama ini. Sejak episode 4, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan menonton drama ini. Karena baper duluan. Melihat si babang jae wook jadi second lead yang tetap berkoban meski tersakiti (anjiiirr, bahasa lu mak), aing tak sanggup lah. Apalagi ceritanya kan si doi berteman baik sama brondong yang se jong. Ku tak sanggup dah melihat dia patah hati berkali-kali. Apalagi kan si babang sayang baru pertama kali ini main drama romantis, memainkan karakter yang romatis yang suamiable, kaya-rayah, matang dan penuh perhatian. Kesien beeb…. kesian…